Membolos Memang tidak Menyenangkan
Hari itu hari Jumat. Rena dan kawan-kawannya sudah
berencana membolos latihan pramuka. Mereka sengaja berangkat lebih awal untuk
menyusun rencana. Rena meletakkan tas ungunya di atas meja. Begitu juga dengan
teman-temannya. Lalu mereka duduk di atas meja sambil menyusun rencana.
“Tet..tet..te.....t !”, bel sekolah berbunyi.
Tepat saat jam menunjukkan pukul 04.00 WIB, bel
tanda latihan pramuka dimuali.
Saat itu juga mereka segera beranjak ke
lorong-lorong untuk membolos. Lorong itu berada di dekat sebuah parkiran sepeda
motor, tepatnya halaman belakang di dekat sawah.
“Ren, cepat sedikit dong, keburu ketahuan nih.”
seru temannya, Rifa.
“ E..e,e,e. Jangan dorong-dorong kenapa! “ kata
Rena.
“Kalian ini kenapa sih, ribut melulu. Bisa diam
tidak!”, kata teman satunya.
“Tu,tu,tuh...Lihat, murud-murid sudah berkumpul.
Pak Dahlan juga.”, kata Rena.
Rena dan gerombolannya terus melangkah. Mereka
selalu waspada agar tidak ketahuan pembina pramuka. Matanya selalu tertuju
tajam di setiap sudut-sudut bangunan di sekelilingnya. Mereka akan menuju
kantin sekolah lewat parkiran itu. Mereka berjalan di antara jajaran sepeda
motor yang tersusun rapi sambil menunduk-nunduk dengan hati was-was. Sesekali
mereka sembunyi di balik motor-motor
itu.
“Ren, Ren, Ren, awas Pak Dahlan melihat ke arah
sini.” , kata temannya sambil menggeret Rena di balik motor-motor itu.
“Tenang-tenang, sudah aman. Pak Dahlan si guru
galak itu sudah tidak melihat ke arah sini lagi. Ayo cepat !”, ajak Rena.
Kemudian mereka melanjutkan langkah demi langkah.
Sekelompok remaja putri itu terus mengendap-endap dengan waspada. Tak disangka
pembina mengetahui mereka.
“Hei, kalian yang di parkiran cepat ke sini!”,
seru Pak Dahlan, pembina pramuka.
Rena dan teman-temannya tersentak kaget. Kepala
Rena terantuk spion sebuah motor biru tua milik Pak Dahlan.
“Aduh ! Bagaimana ini, tamat riwayat kita.Ini apa,
lagi !”, Rena bingung dan menabok spion itu.
“Aduh Ren, pasti pak Dahlan nyemprot kita deh.
Kita harus bagaimana?”, Rifa panik.
Tanpa
basa-basi dan dengan perasaan takut, mereka segera menuju ke Pak Dahlan. Mereka
disuruh berjajar rapi baris satu sof. Dari timur Rena berdiri. Selanjutnya Rifa
berjajar di sampingnya. Mereka menundukkan kepala karena takut.
“Hei, kamu, kamu, kamu, dan kamu ! Apa yang kalian
lakukan di san tadi. Mengapa kalian tidak ikut latihan pramuka. “ , seru Pak
Dahlan.
Mereka terdiam.
“Woy ! kalian punya mulut tidak !”, sentak Pak
Dahlan.
“Iya iya Pak. Kami membolos Pak.”, jawab serentak.
“Kalian ini baru kelass satu saja sudah membolos,
bagaimana kelas dua dan tiga nanti. Pokoknya saya tidak mau tahu besok pagi jam
delapan tepat, orang tua kalian harus sudah ada di sekolah. Saya akan beri tahu
orang tua kalian. Biar tahu mereka kelakuan anaknya di sekolah.”, ancam Pak
Dahlan.
“Jangan Pak !,” seru Rena.
Pak Dahlan tetap menyuruh orang tua mereka
datang untuk menemuinya. Rena dan
kawan-kawannya disuruh hormat dan dihukum. Hati Rena penuh kekesalan. Dengan
wajah cemberut mereka terpaksa menjalani hukuman itu. Pada akhirnya mereka
sadar bahwa membolos itu tidak baik. Sejak kejadian itu mereka tidak
mengulanginya lagi.
0 comments:
Post a Comment