Sunday, August 19, 2012

Membolos Memang tidak Menyenangkan


Membolos Memang tidak Menyenangkan
Hari itu hari Jumat. Rena dan kawan-kawannya sudah berencana membolos latihan pramuka. Mereka sengaja berangkat lebih awal untuk menyusun rencana. Rena meletakkan tas ungunya di atas meja. Begitu juga dengan teman-temannya. Lalu mereka duduk di atas meja sambil menyusun rencana.
“Tet..tet..te.....t !”, bel sekolah berbunyi.
Tepat saat jam menunjukkan pukul 04.00 WIB, bel tanda latihan pramuka dimuali.
Saat itu juga mereka segera beranjak ke lorong-lorong untuk membolos. Lorong itu berada di dekat sebuah parkiran sepeda motor, tepatnya halaman belakang di dekat sawah.
“Ren, cepat sedikit dong, keburu ketahuan nih.” seru temannya, Rifa.
“ E..e,e,e. Jangan dorong-dorong kenapa! “ kata Rena.

“Kalian ini kenapa sih, ribut melulu. Bisa diam tidak!”, kata teman satunya.
“Tu,tu,tuh...Lihat, murud-murid sudah berkumpul. Pak Dahlan juga.”, kata Rena.
Rena dan gerombolannya terus melangkah. Mereka selalu waspada agar tidak ketahuan pembina pramuka. Matanya selalu tertuju tajam di setiap sudut-sudut bangunan di sekelilingnya. Mereka akan menuju kantin sekolah lewat parkiran itu. Mereka berjalan di antara jajaran sepeda motor yang tersusun rapi sambil menunduk-nunduk dengan hati was-was. Sesekali mereka sembunyi  di balik motor-motor itu.
“Ren, Ren, Ren, awas Pak Dahlan melihat ke arah sini.” , kata temannya sambil menggeret Rena di balik motor-motor itu.
“Tenang-tenang, sudah aman. Pak Dahlan si guru galak itu sudah tidak melihat ke arah sini lagi. Ayo cepat !”, ajak Rena.
Kemudian mereka melanjutkan langkah demi langkah. Sekelompok remaja putri itu terus mengendap-endap dengan waspada. Tak disangka pembina mengetahui mereka.
“Hei, kalian yang di parkiran cepat ke sini!”, seru Pak Dahlan, pembina pramuka.
Rena dan teman-temannya tersentak kaget. Kepala Rena terantuk spion sebuah motor biru tua milik Pak Dahlan.
“Aduh ! Bagaimana ini, tamat riwayat kita.Ini apa, lagi !”, Rena bingung dan menabok spion itu.
“Aduh Ren, pasti pak Dahlan nyemprot kita deh. Kita harus bagaimana?”, Rifa panik.
 Tanpa basa-basi dan dengan perasaan takut, mereka segera menuju ke Pak Dahlan. Mereka disuruh berjajar rapi baris satu sof. Dari timur Rena berdiri. Selanjutnya Rifa berjajar di sampingnya. Mereka menundukkan kepala karena takut.
“Hei, kamu, kamu, kamu, dan kamu ! Apa yang kalian lakukan di san tadi. Mengapa kalian tidak ikut latihan pramuka. “ , seru Pak Dahlan.
Mereka terdiam.
“Woy ! kalian punya mulut tidak !”, sentak Pak Dahlan.
“Iya iya Pak. Kami membolos Pak.”, jawab serentak.
“Kalian ini baru kelass satu saja sudah membolos, bagaimana kelas dua dan tiga nanti. Pokoknya saya tidak mau tahu besok pagi jam delapan tepat, orang tua kalian harus sudah ada di sekolah. Saya akan beri tahu orang tua kalian. Biar tahu mereka kelakuan anaknya di sekolah.”, ancam Pak Dahlan.
“Jangan Pak !,” seru Rena.
Pak Dahlan tetap menyuruh orang tua mereka datang  untuk menemuinya. Rena dan kawan-kawannya disuruh hormat dan dihukum. Hati Rena penuh kekesalan. Dengan wajah cemberut mereka terpaksa menjalani hukuman itu. Pada akhirnya mereka sadar bahwa membolos itu tidak baik. Sejak kejadian itu mereka tidak mengulanginya lagi.

0 comments:

Post a Comment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
Free Website Hosting

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More