Terjebak di Alam Lain
Malam itu sungguh gelap gulita. Malam yang biasanya tersorot
cahaya bulan, kini menjadi malam yang suram. Suasananya pun sunyi sepi,
ditambah lagi udara yang cukup dingin. Itu cukup membuat bulu kuduk Rini merinding.
Rini berniat mengantarkan Dzaki temannya dari kota ke rumah Pak Dino, pamannya. Rumah Pak Dino
cukup jauh dari rumah Rini. Segera saja Rini memakai sandal jepit biru
kesukaannya dan bergegas untuk berangkat.
Rini dan Dzaki berangkat dengan jalan kaki.
Rini berjalan lurus ke arah timur dari rumahnya. Rini dan
Dzaki selalu melihat keadaan di sekeliling mereka. Sampai di dekat kebun
tetangga Rini, terdengar suara benda jatuh.
“ Blu..g !”
“Aaau.....!”, mereka menjerit.
“ Apa itu Rin ?”, tanya Dzaki sambil melihat ke arah
rerumputan.
“Yo ndak tau no, Ki.”,jawab Rini
Jantung Dzaki berdebar semakin kencang. Dia beranikan untuk
melangkah ke sumber suara tadi. Ternyata,
“Wush !”,seekor kucing melompat ke arah muka Dzaki.
“Hha....h!” serunya karena kaget.
“Kucing sialan!” kata Dzaki.
Mereka pun melanjutkan ke arah sumber suara benda jatuh
tadi. Dan ternyata itu hanya kelapa yang jatuh.
“ Huhf....”, kata mereka lega.
Langsung saja mereka melanjutkan perjalanannya. Untuk
mengurangi rasa takut, Dzaki bersiul-siul. Mereka terus melangkah dan
melangkah. Sesampai di perempatan jalan Rini melihat seseorang berjaket kulit
hitam dan celana panjang sekitar 10 meter di depannya.
“Rin, siapa orang itu Rin?”,tanya Dzaki.
“Lebih baik kita panggil saja, Ki.”, kata Rini.
“Yah, kamu yang panggil ya, ya, ya!”, kata Dzaki.
Rini berpikir pasti
orang itu adalah salah satu warga di kampungnya. Rini pun memanggilnya.
“Hei, tunggu !” kata Rini.
Orang itu berhenti. Tak ragu lagi mereka berlari menuju
orang itu.
“Mas, kita bareng ya.”, pinta Rini.
Orang itu menoleh pada Rini. Dan tiba-tiba,
“Hua......!” Rini dan Dzaki menjerit dan berlari
tergopoh-gopoh menuju salah satu rumah warga. Orang tanpa wajah itu berjalan
mengejar mereka.
“Rin cepat Rin, cepat !”, suruh Dzaki.
“Ki, aku kan pakai rok, jadi ndak bisa lari.”,kata Rini.
“Tog tog tog, tolong bukakan pintu, cepat !”,Mereka megetuk
pintu berulang-ulang mondar-mandir dari rumah satu ke rumah yang lainnya.
“Bok bok bok, tolong bukakan pintu !”, mereka mengetuk
semakin keras.
“Ki, ini bagaimana ?”,tanya Rini.
“Aku juga bigung Rin.”, jawab Dzaki.
Tetapi tetap saja tak ada yang membukakan. Orang itu semakin mendekat dengan mereka.
Rini dan Dzaki pun
terus menjerit keras.
“Huaaaaaaa!!!”
Mereka mencoba berlari. Tetapi tidak bisa. Dan akhirnya
orang itu menangkap mereka.
Rini merasa seperti ada yang menyiram kepalanya.
“Walah ini apa to?”, kata Rini.
Dan ada suara.
“Hei, bangun Rin sudah siang!”, kata ibunya sambil
menyiramkan air ke mukanya.
Kemudian Rini membuka matanya. Rini masih terbayang-bayang
oleh mimpinya. Setelah bangun Rini berpikir serasa dia terjebak di alam lain,
yaitu alam mimpi buruknya. Rini segera mandi dan berangkat sekolah. Sesampai di
sekolah dia menceritakan mimpinya kepada teman-temannya.
0 comments:
Post a Comment